Pengalaman Setelah Menggunakan iPhone 6s Selama Setahun

Last Updated on 7 years by Mas Herdi

Melanjutkan dari postingan saya mengenai review menggunakan iPhone 6s dari seorang pengguna Android. Tidak terasa sudah setahun saya beralih ke iPhone dan mulai menggunakan iPhone 6s sebagai daily driver atau gadget sehari-hari saya. Sebagai pengguna setia Android sebelumnya, bagaimanakah pengalaman setelah satu tahun menggunakan iPhone 6s? Saya akan ceritakan semuanya di postingan ini, termasuk membandingkannya dengan saat saya menggunakan Android (ASUS ZenFone 6) selama kurang lebih satu tahun juga. 🙂

Review Menggunakan iPhone 6s Setelah 1 Tahun

Tahun lalu saya membeli iPhone 6s 64GB Rose Gold (ya saat itu saya memilih warna Rose Gold :)), pada bulan Januari. Harganya lumayan mahal, bahkan jika dibandingkan dengan iPhone 7, iPhone 6s pada bulan Januari harganya masih sekitar 12-13 juta, dibandingkan iPhone 7 yang sudah jatuh ke 10 juta di bulan yang sama.

iPhone 6s

Oke, jadi setelah satu tahun menggunakan iPhone 6s (dari yang asalnya pengguna Android) inilah hal-hal yang saya rasakan sangat bermanfaat dan menurut saya jadi kelebihan utama dari iPhone 🙂

  • Navigasi iPhone yang sangat mudah dan seamless
    iPhone hanya mempunyai satu buah tombol Home, walau terkesan sangat minimalis namun hal ini memaksa orang untuk membuat aplikasi dengan sistem UI/UX sesederhana mungkin. Saat pertama kali menggunakan orang mungkin akan bingung, tetapi jika sudah biasa, navigasi app dan fitur menjadi sangat mudah dan seamless. Tidak ada tombol back, tombol multitasking seperti di Android. Untuk berpindah halaman di suatu aplikasi misalnya, kita tinggal swipe ke kanan dan ke kiri, lebih mudah daripada harus menekan tombol “back” seperti di Android. Apalagi di iPhone 6s, hal ini semakin dibantu dengan adanya…
  • 3D Touch
    C’mon man :D. Banyak orang bilang 3D touch hanya gimmick, namun pada prakteknya 3D touch sangat membantu kita di beberapa aspek. Contohnya ketika kita ingin multitasking, kita cukup menekan 3D touch di bagian sisi kiri layar untuk berpindah ke aplikasi lain. Ini navigasi yang sangat simpel. 🙂 Di beberapa aplikasi messenger, 3D touch bisa digunakan juga untuk “mengintip” dan membaca pesan yang dikirimkan, tanpa harus membuka pesan tersebut. Saat melihat foto di Instagram atau Gallery, kita juga bisa dengan cepat mengintip foto tersebut dengan menggunakan 3D touch, tanpa harus membuka foto itu, sangat praktis. Saat menulis pesan, 3D touch pada keyboard akan membantu kita untuk menggerakkan posisi kursor ke kanan, kiri, atas atau bawah. Sangat membantu ketika ada kata2 yang salah dan kita ingin mengeditnya. 🙂
  • Tidak pernah lag ataupun lambat
    Yeah, walaupun hanya menggunakan prosesor dual-core dan RAM 2GB yang bagi HP Android dengan octa-core nya dan RAM 4GB terkesan remeh dan kalah di atas kertas, namun kenyataan berkata lain. 🙂 Berkat sistem iOS yang efisien dan cepat, dibangun menggunakan varian dari bahasa C, dan tidak ada Virtual Machine seperti di Java-nya Android, yang berarti source code langsung dieksekusi tanpa bantuan VM, aplikasi di iOS hampir tidak pernah lag, ataupun lambat, atau bergerak patah-patah. Semuanya lancar, multitasking, pindah dari satu app ke lainnya juga lancar. Bahkan sampai sekarang setelah setahun kemudian. Walau demikian saat upgrade ke iOS 10, saya kadang menemui beberapa glitch, namun itu pun jarang sekali, berbeda dengan Android yang setiap kita pakai hampir selalu menemukan glitch atau mengalami lag.
  • Tidak terganggu dengan pemberitahuan annoying “Unfortunately app has stopped”
    Sebagian besar ini memang salah developer karena membuat app yang tidak stabil, tapi bagi saya ini juga salah dari desain Android OS itu sendiri. Daripada memunculkan dialog yang annoying setiap kali app crash, saya lebih suka metode iOS yang langsung menghilangkan app dari layar apabila crash, no warning, no alert, no anything, app just vanished from the screen. 🙂 Menurut saya cara itu lebih baik dan tidak mengganggu pengguna, dan ketika kita harus lapor ke developer seharusnya bisa berjalan otomatis di background. No dialog needed.
  • Amazing battery life
    Saya akui, walau hanya mempunyai daya baterai sebesar 1715 mAh, atau hanya setengah dari baterai kebanyakan HP Android saat ini, namun daya tahan baterai iOS sungguh mengagumkan. 🙂 Saya tidak melebih2kan, all thanks to iOS yang both powerful dan efisian at the same time.
    Pada saat awal-awal penggunaan, biasanya saya ke kantor jam 8.30 dengan kondisi baterai 100%, kemudian setelah penggunaan casual seperti LINE, WhatsApp, Telegram, browsing2 web dan facebook, menggunakan beberapa aplikasi, lihat beberapa video, buka Path, Instagram, baterai iPhone 6s masih ada di indikator ~55-65% jam 12 malam. 🙂 So amazing. Setelah satu tahun digunakan dan berkali-kali dicharge, memang terjadi penurunan. Ketika saya cek baterai health menggunakan tools, terjadi penurunan kapasitas menjadi ~87-90%, dan dengan penggunaan yang sama baterai hanya tersisa 10-30% jam 12 malam. Namun ini masih mengagumkan karena setelah setahun dipakai, baterai iPhone masih bisa tahan hampir satu hari full tanpa dicharge. Apalagi jika dibandingkan dengan Asus Zenfone 6 saya dulu, dengan kapasitas 3300 mAh (hampir 2 kali kapasitas baterai iPhone 6s) jam 8 pagi 100%, tapi jam 3 sore sudah tinggal 5%, sudah minta dicharge lagi. Salah satu pembuktian bahwa spesifikasi Android hanya menang di atas kertas. 🙂
  • Apple Music
    Yang ini memang opsional, dan banyak alternatif lain seperti Spotify dsb. Tapi bagi saya Apple Music adalah yang terbaik, apalagi dengan integrasinya ke iTunes dan perangkat Apple lainnya seperti MacBook.
  • Apple Ecosystem (+Google Ecosystem)
    Apple ecosystem is good, apalagi ditambah dengan kerjaan saya sebagai developer yang  biasanya menggunakan MacBook Pro sebagai daily gear (sama seperti kebanyakan developer lainnya), menjadikan integrasi antar Apple produk bisa dimanfaatkan secara maksimal. Tapi saya tetap butuh Google Ecosystem, sehingga kombinasi dari keduanya adalah sempurna. Bayangkan jika kalian menggunakan MacBook Pro, namun HP nya Android. 🙂

Hal-hal yang kurang dari iPhone

Namun tidak semuanya hal positif, berikut ini beberapa kekurangan yang saya temukan saat menggunakan iPhone 6s selama satu tahun.

  • Layar dan resolusi terlalu kecil
    Ketika saya ingin menonton Youtube, atau streaming NetFlix, atau Amazon Prime Video. Seringkali saya menggunakan secondary Android handset saya, dengan ukuran layar 5.5 inch dan resolusi 1920 x 1080 menonton video jadi lebih menyenangkan.
  • Terlalu Luxury
    Jika kalian hardcore gamer, pecinta aktivitas outdoor atau pekerja lapangan. Mungkin kalian lebih memilih untuk menggunakan Android yang lebih tampak rugged dibandingkan iPhone.
  • Speaker
    Speaker is good, the bass also. Tapi setelah setahun digunakan seperti terasa suara speakernya agak pecah, walaupun ini juga hanya terjadi di beberapa jenis musik tertentu.

Verdict

Apabila kalian casual user, dan mungkin sebagian besar dari kita adalah casual users, gunakanlah iPhone. Sekarang coba pikir, smartphone kalian paling sering dipakai untuk apa? Sebagian besar dari kita paling hanya menggunakannya untuk; kirim pesan instan (WhatsApp, Line), casual gaming, Youtube dan streaming, browsing internet, penggunaan app casual seperti order ojek online, belanja online, main SnapChat/Instagram/Path, hanya itu saja kan? Jika ada tambahan paling fitness tracking, atau maps untuk yang suka bepergian. Jika kalian termasuk pengguna casual, maka gunakanlah iPhone karena iPhone memberikan the best experience untuk fitur-fitur di atas yang tentunya tanpa lag.

Coba bayangkan, berapa lama kalian menunggu aplikasi yang lag atau loading lama di Android? 1 detik, 2 detik, atau 5 detik? Sepintas memang terkesan sebentar, namun jika diakumulasikan dengan lama penggunaan Android kalian, mungkin kalian pakai HP Android sudah setahun, 2 tahun, atau 3 tahun? Bayangkan, jika ditotal kalian bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menunggu aplikasi yang ngelag dan lama loading-nya. 🙂

Mengerikan bukan? 😀

Now go and get an iPhone. 🙂

Kecuali jika kalian adalah IT geek, hardcore gamer, atau suka ngoprek atau modif sesuatu, gunakanlah Android. But, I mean, I’am geek, I own this bloody site about programming and stuffs. But I am using a freakin’ iPhone.
Kenapa? Karena seiring dengan waktu, kalian akan lebih senang menggunakan sesuatu yang siap pakai, dibandingkan dengan sesuatu yang harus dikonfigurasi dan dioprek2 ulang.
Kenapa? Mungkin karena kalian sudah lelah… Mungkin karena kalian sudah tidak excited lagi dengan teknologi dan dunia pengoprekan, mungkin kalian sudah bukan bocah yang senang pamer tema-tema custom Android, custom ROM, root Android super user, dan sebagainya. Mungkin kalian sudah jadi dewasa…

Now go and get an iPhone. It will save you a great deal amount of time. 🙂





Download aplikasi kami di Google Play Store


Tutorial Menarik Lainnya :

4 Comments
  1. Admin Ossas January 7, 2017
  2. Adnan January 7, 2017
  3. Dion November 1, 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TWOH&Co.